Labels

Tags 1

Test Footer

Test Footer 2

Powered by Blogger.

About Me

Tags 3

Social Icons

Followers

Featured Posts

Image Gallery

Saturday, March 17, 2012

SALAM FANS DUCATI JB ROSSI
Hallo..hallo brotherhood semua. Kali ini srondol tukang ngarit akan mengulas penyakit kronis yang diidap GP11, dan tak lupa obat mujarab dari The Doctor, Valentino Rossi. Oh ya, sebenarnya inti dari gagalnya GP11 karena tidak ada kesatuan/unity di kubu Ducati. Sebelum mulai, sebagai pembuka yuk kita ngomongin sedikit ttg kuda pacuan... Plus joki dari si kuda... hehe...

Joki pertama: Dia adalah joki yang sangat-sangat sensitif, benar-benar memahami kondisi kuda yang ditungganginya. Kalau kuda kesleo, maka si joki mencoba mijetin kakinya dan diantar ke "genk-nya" yg menjadi tabib. Ketika si kuda sedang rawat inap, maka si joki tetep setia menemani di ICU, memantau kondisinya, dan memberinya semangat... Dan si joki pun tak memaksa si kuda untuk balapan, meski si kuda selalu bilang, "Saya siap Master...(krna merasa bersalah ga bisa nemenin joki mbalap meraih titel)" Joki selalu bilang, "Sabar kawan... Aku ga mungkin mbalap kalau kondisimu seperti ini... Pahit manis, kita adepin bareng..." Tak ayal jika sudah "nge-mix", maka tak ada yang bisa overtake si joki dan si kuda... Plus "genk" yang berada di balik kandang selalu setia menemani ke mana si joki bertualang... Saking lengketnya antara si joki dan si kuda, setiap kali joki hendak membalap, selalu jongkok mendekatkan kepala untuk berbicara dengan si kuda...

Joki kedua: Joki ini sangat superior, muda, unik, dan banyak yang menyebutnya penuh "talenta". Unik di sini karena "talenta"nya tidak dimiliki joki lain.. Yakni selalu bisa mbalap ngibrit bagaimanapun kuda yang menjadi partnernya. Kalau kuda kesleo kaki kiri, dipecut di bokong kanan... Kalau kuda kesleo kaki kanan, dipecut di bokong kiri... Langsung si kuda bisa ngibrit kek dikejar macan. Sebagian fansboy dari si joki pun menjadi terkagum-kagum dengan "keunikan" si joki. Mereka selalu bilang, "Joki gue nih... Mangstab... Mu kuda kek gimana juga tetep dia juaranya..." "Liat tuh joki pertama, banyak "ngrengek" ini itu, tapi hasilnya nol" "Hebat kan joki gue..."

Hmm... Coba dipikir logis yak... Kalau untuk hasil instant sepertinya joki kedua sangat hebat.... Mu kuda kek gimana tetep bisa ngibrit kek kesetanan -dan ini hanya joki kedua DOANG yang bisa melakukannya, joki lain nyahok.com. Sedang, untuk jangka panjang, jelas joki pertama yang benar-benar hebat. Kuda ga cepet modiar... Selain itu banyak joki lain tetep bisa nunggang kuda yang sudah dilatih si joki pertama. Tujuan pemilik kuda nyebur di pacuan kuda untuk promosi kan... Supaya kuda-kuda dagangan hasil perkembangbiakan sang pemilik laku keras....

Ok, itu saja obrolan ngik-ngok sebagai pengantar.. Ga usah dibawa serius ya, whehehehe... Sebernarnya ada lagi joki ketiga, tapi ntar aja yah dibelakang.... Lanjut mas boss.

Langsung yuk kita bahas dengan sotoy bin lebay penyakit-penyakit GP11.

CF kampreto sebagai biang kerok?
Sebelum mengupas ttg CF kampreto, kita belajar sejarah dulu nih. Dulu-dulunya, chassis hanyalah sebuah frame/bingkai yang terbuat dari rangkaian tabung untuk menggengam mesin dan menghubungkan stang bagian depan ke swingarm. Seiring ban yg semakin canggih dan power mesin semakin ngeri - yang mengakibatkan rem harus ekstra nggigit/nyetop dan akselerasi makin gila-gilaan, -  maka mulai populer chassis dari tabung baja (biar lebih kuat) dan pabrikan pun mulai membuat frame menjadi lebih kaku. Sialnya, pada 1990-an, dampak dari kekakuan chassis tersebut mulai terasa. Frame semakin kaku, motor mulai sering chattering (pateng klotak alias berisik) dan getar-getar. Dua masalah ini membuat handling semakin susah, apalagi saat nikung, plus ditambah suspensi (jika) pas ngadat, lengkaplah sudah penderitaan si rider. Maka konsep flex (kelenturan) diperkenalkan.

Chassis mulai punya fleksibilitas untuk meredam benjol-benjol di jalanan yang mengakibatkan getar, tapi tetep kudu kaku supaya tetep stabil ngebut di trek lurus dan anteng ketika ada pengereman. Sejak akhir 1990-an, dan terutama sejak era mesin 4-tak, engineer mulai mengombinasikan flex/kelenturan (di area tertentu) dan (tetep menjaga) rigiditas/kekakuan di area tertentu. Jadi, chassis tidak semua areanya kaku, dan tidak semua areanya lentur. Tapi ada sebagian area yg sengaja dibikin kaku, ada yang sengaja dibikin lentur. Biar dapet dua-duanya gitu loh.

Kembali ke CF kampreto. Karena carbon fibre alias CF kampreto merupakan bahan campuran, jadi chassis ini bisa dimolding dengan mudah untuk mendapatkan bentuk sesuai selera. Lebih kuat 5x, lebih kaku 2x, dan lebih ringan 2/3x dari baja. Kelenturan dan kekakuan CF kampreto pun mudah diatur-atur sesuai kombinasi arah fibre dan ketebalan. Ketebalan carbon fibre sendiri lebih tipis dari rambut. Jadi untuk membuat chassis atau apa saja, mutlak CF disusun tumpuk2 alias berlayer-layer. Semakin tebal tumpukan CF, maka semakin kaku, dan sebaliknya. CF dipilih krn kombinasi dari rigiditas (kekakuan), materialnya ringan, dan mudah dibentuk2... Dibentuk kek boneka Barbie juga bisa, hehe...

Chassis Desmosedici bagian depan memiliki 2 fungsi, sbg airbox dan subframe. Subfarme CF dipakai biar ringan dan kuat, lalu airbox dibikin cukup gede untuk ngademin mesin. Supaya bisa meredam getar2 dari suspensi depan (utamanya saat miring nikung) dan tetep kaku saat hard braking, maka itung-itungan kombinasi ketebalan di tiap area kudu bener-bener presisi.

Sampai di sini, anggapan bahwa CF kampreto terlalu kaku manjadi batal. Permasalahannya bukan di kakunya CF, tapi feedback yang dikirimkan ke rider sangat jauh berbeda dengan aluminium. Rider butuh informasi dari ban disalurkan tanpa ada interferensi/gangguan. Gampangnya, kalau informasinya berupa "A" maka dari ban > suspensi > setang > tangan rider > otak rider bisa jadi "B". Jadi rider berreaksi dengan mengambil tindakan "B", padahal kondisi sebenarnya adalah "A". Ini bukan karna konslet otak ridernya, tapi karna informasi yang travelling (wara-wiri, weh...weh...weh...) melawati CF udah bener-bener berubah. Nah, CF kampreto itulah yang dikeluhkan Valentino, Nicky Hayden, dan rider-rider lain - Bad front-end feel.

Niatnya sih dipakainya CF untuk meredam vibrasi/chatter, tapi efek sesudahnya ini yang jadi masalah. Contoh nyatanya adalah Ducati Cagiva. Generasi awal Cagiva menggunakan chassis baja dan aluminium, trus diubah ke CF, eh balik lagi ke baja dan alu (karna riders banyak yg komplain kek Rossi, Hayden, dll - Bad front-end feel). Getar cukup banyak memang sangat mengganngu, tidak ada getar sama sekali (chassis dibikin super kaku) juga bukan solusi. Intinya GALAU akut, whehehehe. Selain bikin kegalauan, CF kampreto juga kurang praktis jika kudu mencari komposisi yang PAS untuk tiap sirkuit... Sirkuit model stop-go (banyak ngerem) kek begini, sirkuit model long run (bisa geber mentok) kek begono... Beda degan aluminium... Area adjustment alu masih lebih lega...

Kesimpulannya,
  1. CF kampreto tak sepenuhnya jelek. Tapi... Feedback berupa informasi yang berlalu lalang dari ban > suspensi > chassis > otak rider bener-bener beda dengan aluminium. Ingat yah, justru informasi inilah yang paling penting. Gimana rider bisa mbalap kalau dalam kondisi buta (ga punya informasi dari tunggangannya). Dan pentingnya informasi ini berlaku bagi SEMUA RIDER....
  2. Dan kekurangpraktisan CF kampreto untuk diadjust-adjust supaya bisa menyesuaikan layout sirkuit...

Bagaimana dengan mesin sebagai stressed member (bagian dari chassis)?
Ok, lanjut gan dengan banyolan ala tukang ngarit yang sotoy bin katrok... ya Ga masalah mbanyol ngalor-ngidul... Sekalian aja dibablasin, lah wong udah terlanjur dicap sakit mental... wkwkwkwkw....

Mesin sebagai chassis (stressed member) maksudnya, bagian depan nempel langsung ke mesin, dan bagian belakang jg langsung nempel ke mesin. Mesin itu super-super kaku (bahkan keras..., hehe) sedang bagian depan dan belakang dibikin lentur (sesuai porsi) supaya feedback bisa berlalu-lalang.

Ada perbedaan antara Ducati dengan model Japan punya. Ducati langsung nyambungin bagian depan dengan mesin, sementara model Japan menggunakan beam untuk koneksinya. Tujuan Ducati memanfaatkan mesin dengan konstruksi ini yakni untuk mengambil manfaat dari kuatnya/kakunya mesin sebagai bagian dari chassis, dan kemudian chassis lainnya bisa ringan. Katakanlah Chassis + Mesin (bagian dari chassis) bobotnya = 10kg < Ducati, tapi kalau ala Jepang > Chassis + Mesin (+ chassis[lagi] untuk "menggengam" mesin) bobotnya jadi = 15kg.

Power mesin sekitar 230 tenaga kuda (bayangin aja seberapa gede-nya "tingkah-polah" mesin tsb...) Langsung diterima bagian depan dan belakang... << tenaga mesin bergerak/tersalur dari mesin ke depan dan ke belakang... Sementara feedback (berupa getar-getar) WAJIB MENGALIR dari ban. Pahamkan arah banyolan sotoy ini. Jadi ada collision atawa tabrakan di sana... Ini yang menyebabkan informasi yang diterima rider menjadi membingungkan... Kembali ke cerita di atas... Joki pertama... yang sangat sensitif dan sangat butuh-butuh informasi mengenai ihwal motor... Kalau informasinya nge-blur kek stressed member?? Bikin GALAU lagi... Dan ini juga berlaku bagi rider secara umum... Ga hanya joki pertama, tapi joki secara umum...

Kesimpulan dari CF kampreto dan stressed member...
Yakni membuat informasi dari motor yang dikirim ke rider menjadi nge-blur atau GaJeBo (Ga Jelas Bo...). Masak harus mablap dengan kondisi "buta"? Andai informasi yang dikirim ga nge-blur... Maka kemungkinan 2 model ini ga jadi soal...

Layout Mesin L4 kah?
Layout Mesin L4 merupakan paket yang buruk dan distribusi berat jadi kacau?
Mesin 90 derajat V twin juga disebut model L4 karena bentuknya mirip huruf "L". Model ini memiliki kelemahan di layout dan ukuran yang segede gaban. Hal ini membuat susah untuk menjaga berat motor (keseluruhan) supaya tetap berada di tengah-tengah.

Emang penting ya kok kudu berat motor (keseluruhan) diposisikan di tengah-tengah? Penting, soalnya memudahkan untuk setup, disribusi berat, dan setel-setel suspensi sesuai dengan model sirkuit dari tiap race. Kalau pusat berat (motor keseluruhan) tidak di tengah-tengah ya...:
  1. Motor terlalu berat BAGIAN BELAKANG, maka BAN BELAKANG akan cepat tergerus alias kehilangan GRIP dan BAGIAN DEPAN kek MENGAMBANG << sulit merasakan cengkraman ban depan... Kalau nikung, mampus.com
  2. Kalau motor terlalu berat BAGIAN DEPAN, maka BAN BELAKANG kek MENGAMBANG << bannya sulit nggiggit ke aspal, seringnya spinning.... dan BAN DEPAN akan cepet tergerus alias kehilangan GRIP. Kalau BAN DEPAN kehilangan grip, ya.... Kalau nikung cukup 20km/h biar ga ndolosor... Siap2 aja diovertake, hehe
Ok dah, kalau itu memang jadi penyakit kronis milik Ducati dan sudah berlangsung sejak era CF kampreto << era siapa nih ya? Trus apa dong yang dilakuin "Rossi and the Gang?" Whehehe.... Daripada ngalior ngidul terus-terusan... Liat aja gambar (biar enak, klik kanan > view in new tab > perbesar dah:
Mesin L Versi Baru :D
Penyakit GP11 & Resep Valentino Rossi

Ok, nggenapin janji di atas... Joki ketiga. Joki ketiga: Joki ini juga masih muda... OK deh, talenta mah...punya! Dia juga ga maksain ngibrit kalau kuda kesleo... Tapi dia telpon layanan antar jemput dari tabib kuda. Setelah layanan anatar jemput menghampiri kuda... Y udah, berarti KEWAJIBAN ane sama kuda REBES < Kuda sakit, ane bawa ke tabib, udah ga perlu cing-cong macem macem. Pokoknya kuda sakit udah dibawa ke tabib. fair dong!! Ya ga jelek-jelak amat sih kata srondol sotoy, tapi kok dulu pernah ada kuda yang diGAJULIN gara-gara sakit di tengah kompetisi. Kuda apa namanya srondol lupa... Hmm... Kalau nggak salah warna kudanya sih biru ama putih, gitu apa ya.... Yah lupa, udah tuir juga sih, hehe.... Nah, berhubung srondol ngefans sama joki pertama, nih srondol kasih potonya....
Rossi Kisses M1

Giman sih lu Ndol... Dari tadi ngomong ngalor ngidul soal joki, kok yang ditampilin malah poto Rossi di MotoGP. Wkwkwkwkwkw.....
Maklum lah gan, namanya juga srondol sakit mental, wkwkwkwkkw....

Hallo FBR?? Rosi Pancen OYE... Rossifumi Ganbatte...
Vale Sempre Tanto!!!

Sumber: motomatters.com, manziana.motocorse.com
Categories:

0 comments:

Post a Comment